Ada 3 Permasalahan Utama Pendidikan Indonesia Berdasarkan Hasil Survei PISA

Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbicara mengenai tiga masalah utama yang dihadapi Indonesia sesuai hasil survei Program Penilaian Pelajar Internasional atau Programme for International Student Assessment (PISA). Jokowi meminta ketiga masalah tersebut diselesaikan sehingga peringkat Indonesia di PISA meningkat.

Ada 3 Permasalahan Utama Pendidikan Indonesia Berdasarkan Hasil Survei PISA

Pernyataan itu disampaikan Jokowi saat menyampaikan arahan dalam rapat terbatas tentang strategi peningkatan peringkat Indonesia dalam PISA seperti disiarkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (3/4/2020). Jokowi mulanya berbicara mengenai pembatalan ujian nasional 2020.

"Saya lihat ini juga menjadi sebuah momentum untuk merumuskan ulang sistem evaluasi standar dasar pendidikan dan menengah secara nasional, apakah dalam pengendalian mutu pendidikan secara nasional hanya menggunakan UN atau juga bisa menggunakan standar yang dipakai secara internasional seperti PISA," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan Indonesia telah mengikuti survei PISA sejak 2000. Berdasarkan hasil survei tersebut, kata Jokowi, sistem pendidikan Indonesia berubah menjadi lebih inklusif dan terbuka.

"Namun laporan yang saya terima, skor rata-rata PISA tahun 2018 menurun di 3 bidang kompetensi dengan penurunan terbesar di bidang membaca. Kemampuan membaca siswa Indonesia dengan skor 371 berada di posisi 74, kemampuan matematika skornya 379 di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71," ujar dia.

Barulah kemudian Jokowi membeberkan tiga permasalahan utama berdasarkan hasil survei PISA. 

Pertama, jumlah siswa berprestasi rendah di Indonesia cukup tinggi.

"Besarnya persentase siswa berprestasi rendah meskipun kita tahu Indonesia berhasil meningkatkan akses anak usia 15 tahun terhadap sistem sekolah. Masih diperlukan upaya lebih besar agar target siswa berprestasi juga ditekan hingga berada di kisaran 15-20 persen pada 2030," ujar dia.

Permasalahan kedua yang disampaikan Jokowi adalah mengenai tingginya persentase siswa yang mengulang. Bahkan angka tersebut lebih tinggi dibanding rata-rata negara-negara dalam PISA.

"Yang kedua adalah tingginya persentase siswa mengulang kelas, yaitu 16 persen. Angka ini 5 persen lebih tinggi dibandingkan rata-rata di negara-negara OECD," ujar Jokowi.

Permasalahan terakhir adalah tingginya ketidakhadiran siswa di kelas. Selain itu, Jokowi menyoroti soal guru yang banyak menghabiskan waktu untuk urusan administratif.

"Yang ketiga adalah tingginya ketidakhadiran siswa di kelas. Mengacu survei PISA, diperlukan langkah-langkah perbaikan menyeluruh, baik aspek peraturan, regulasi, masalah anggaran, infrastruktur, masalah manajemen sekolah, masalah kualitas guru dan beban administratif guru. Ini berkali-kali yang saya tekankan, mengenai beban administratif guru. Guru tidak fokus pada kegiatan belajar-mengajar, tapi lebih banyak dipakai untuk hal-hal yang berkaitan dengan administrasi. Ini tolong digarisbawahi," ujar Jokowi.

"Juga perbaikan proses belajar terutama penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Serta perbaikan lingkungan belajar siswa termasuk motivasi belajar, menekan tindakan perundungan di sekolah. Dan hasil survei PISA dan evaluasi UN juga menyebutkan hubungan kuat antara kondisi sosial ekonomi siswa dan capaian hasil UN atau skor nilai PISA," sambung dia.

sumber news.detik.com
Previous Post Next Post